Tiba-tiba saja judul tulisan di atas berputar dalam benak ini, pagi ini. Melawan dinginnya kota Bandung, tepatnya di Geger Kalong Girang, dekat Pondok Pesantren Daarut Tauhid miliknya Aa Gym, badan ini direbahkan. Rehat mengumpulkan energi untuk kembali berbagi pagi ini di kampus UPI (Universitas Pendidikan Indonesia), yang oleh beberapa teman kepanjangannya sering diplesetin jadi “Universitas Padahalmah IKIP” hehehe.
Pagi ini, terpikir kembali, betapa kita ini hidup dari takdir Allah ke takdir Allah yang lain, sebagimana yang diungkapkan oleh sayyidina Umar bin Khattab. Ya, kita tak akan terlepas dari takdir Allah, karena Dialah pemilik hidup ini, pemilik tubuh ini, bahkan pemilik semesta ini. Apa pun bergerak, beredar atas seijin Dia. Tak ada satu pun kejadian di muka bumi ini bahkan dalam semesta ini tanpa “restu” dan pengetahuanNya. Termasuk dalam tubuh kita yang serba terbatas ini. Semua atas pengetahuannya, dalam lingkaran takdirNya. Tak pernah luput, tak pernah lepas.
Ada banyak di antara kita stress menghadapi hidup, bukan karena takdir tapi karena sikap kita terhadap takdir. Takdir Allah itu nyatanya sesuatu yang ghaib, yang tak bisa kita jangkau dengan pikiran kita, yang tak pernah ada satu pun makhluk tahu apa dan bagaimana takdirNya, hingga terjadilah dalam nyata. Namun, sombongnya manusia sering membahas takdir dalam ranah dan pikiran kita. Lalu menyematkan kebaikan dan keburukan padanya. Pahala, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi tahun depan, bulan depan, pekan depan, bahkan besok termasuk waktu yang bernama “nanti”.
Lalu bagaimana kita bersikap? Kita berdamai saja dengan takdir Allah. Selain karena memang rahasia, kita yakini saja apa pun yang terjadi, menimpa diri kita yang di luar kuasa kita itu, pasti ada kebaikan yang Allah sematkan di dalamnya. Sakit misalnya. Kita tak pernah berharap, kita tak pernah merencanakan, tapi ketika datang, itulah yang terjadi. Ada dua pilihan dalam diri kita, ikhlas dan bersabar menerima ujian atau pikiran negatif dan berburuk sangka atas yang menimpa. Kita ikhtiar mencari obat dan berdoa, atau kita cuek saja dan pasrah tak berupaya tuk mencari kesembuhan.
Sahabat, berdamailah dengan takdir Allah, karena itulah yang terbaik di sisiNya. Saat keburukan yang terjadi, pahami saja bahwa itu “pesan” dari Allah untuk kita berpikir, merenung, mengevaluasi diri. Jangan-jangan selama ini ada yang salah dalam hidup kita, pilihan kita, keseharian kita. Lalu lakukan perbaikan dan pembenahan diri. Berubah. Pun, saat yang terjadi adalah kebaikan, bersyukurlah, semoga itu barokah dari Allah. Sehingga apa pun yang terjadi, pikiran tetap jernih, hati tetap bersih dan langkah kian mantap dititi. Semoga kita bisa terus berdamai bersama takdir Allah.