Setiap kita pasti membutuhkan ilmu berbicara, ilmu komunikasi. Pedagang, memerlukan ilmu ini untuk menjual produk-produknya. Seorang karyawan, memerlukan ilmu ini untuk menyampakan ide dan gagasannya. Seorang leder, memerlukan ilmu ini untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada timnya. Bahkan, orang tua pun memerlukan ilmu berbicara untuk berkomunikasi dengan anak dan pasangannya.
Tapi terkadang kita sering mengalami gagal dalam komunikasi. Bisa jadi pesan tidak sampai. Atau pesannya sih sampai tapi salah dipahami oleh pihak yang kita ajak bicara. Atau bisa juga ketika kita menyampaikan pesan, pesan itu tidak menggerakkan orang lain untuk berubah.
Dalam kelas juga bisa jadi komunikasi kita gagal. Kelas terasa membosankan, nggak asyik. Peserta tidak memperhatikan kita. Atau peserta tidak memahami apa yang kita sampaikan. Bahkan, bisa juga kitanya yang mengalami grogi dan tidak percaya diri saat tampil. Semua itu bisa terjadi dan bagi sebagian orang menjadi momok yang menakutkan ketika berbicara di depan orang lain. Terlebih kalau pesertanya banyak.
Bisa jadi orang menolak kata-kata kita bukan karena apa yang kita sampaikan tapi karena cara kita menyajikan.
Ada empat hal yang harus diperhatikan ketika kita berbicara di depan umum agar suasana menjadi asyik, nyaman dan tentunya peserta betah mendengarkan. Tidak hanya itu, apa yang disampaikan pun mudah dipahami dan diamalkan oleh mereka. Apa saja itu?
Pertama, tata dulu hati kita sebelum berbicara. Kita harus menemukan strong why yang benar-benar kuat. Kenapa kita harus berbicara. Apa pentingnya kita berbicara dan untuk apa. Alasan yang kuat ini akan memberikan dorongan bagi kita untuk berusaha menyampaikan dan menjaga energi dalam diri kita. Ketika alasannya tidak kuat, maka sudah bisa dipastikan kita mudah hilang mood dan hilang semangat. Termasuk juga hilang kepercayaan diri.
Langkah pertama ini akan menentukan niat kita. Untuk apa dan untuk siapa kita berbicara. Sebagai contoh, seorang sales yang menjual hanya sekedar mengejar closing dan keuntungan tentu akan berbeda semangatnya dengan sales yang menjual sesuatu, berkomunikasi, karena sedang memperjuangkan ibunda tercintanya yang sedang terbaring sakit. Ada strong why yang sangat kuat di sana.
Begitu juga orang yang berbicara karena ingin dipandang baik, ingin dilihat pintas, ingin dilihat memukau, ingin terkenal. Hati yang tidak lurus seperti ini akan berpengaruh pada mental dia saat berbicara. Berpengaruh juga pada kualitas dia berbicara. Ketakutannya bukan lagi pada baik dan buruknya pesan, tapi pada sebanyak apa pujian dia dapatkan. Tidak peduli pesannya baik atau tidak.
Kedua, tata diri kita sebelum berbicara. Maksudnya, sebelum kita berbicara, pastikan kita bisa menjadi contoh bagi audien atas apa yang kita sampaikan. Artinya, kita juga mengamalkan apa yang kita ajarkan. Seorang pembicara, leader dan public speaker jangan hanya pandai berbicar tetapi tidak pandai memberi teladan. Maka, lakukan dulu apa-apa yang kita ajarkan. Walk the talk.
Dalam hal contoh ini, Sang Nabi selalu memberi teladan terlebih dahulu sebelum beliau menyampaikan dan mengajak para sahabatnya. Kalau beliau mengajak para sahabat shalat malam, beliau sudah lebih dulu memberi contoh. Kita pun harusnya begitu. Jika modul materi kita tentang bahaya riba misalnya. Maka, kita pun sudah berusaha menjauhi riba. Kalau kita mengajak audien, staf kita untuk datang tepat waktu. Nah, kita juga memberi contoh dengan datang tepat waktu. Kata-kata yang dibarengi dengan contoh akan memiliki kekuatan dibandingkan kata-kata yang tidak dibarengi contoh.
Ketiga, tata materi kita. Pesan yag efektif tentu tidak hanya isi pesannya benar, tetapi harus terstruktur, runut dan sesuai dengan kondisi audien. Content yang kita sajikan belum saja penting menurut kita, tetapi kita bisa mengemasnya menjadi penting buat mereka. Judulnya menarik, alurnya rapi dan diberikan berbagai macam pengayaan sehingga mudah dipahami dan dicerna oleh audien. Kita harus paham apa problem mereka, apa yang sedang menjadi isue di tengah audien, apa harapan audien. Karena dakwah, komunikasi, bukan sekedar materi, tapi solusi untuk permasalahan audien.
Keempat, tata cara kita mendelivery. Pesan yang baik bisa saja berbuah penolakan dari teman bicara kita karena cara kita menyampaikan. Bisa jadi dari sisi timingnya nggak pas. Bisa jadi karena pilihan kata yang tidak bijak. Atau bisa jadi karena penekanan yang salah tempat. Semua itu bisa menjadikan pesan kita menjadi nggak efektif dan akhirnya tidak memberikan dampak perubahan terhadap audien. Maka harus diperhatikan pilihan kata kita, olah vocalnya serta visual dari pesan kita. Berikan penyajian terbaik untuk hasil yang terbaik.
Itulah empat hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi, baik bagi guru saat mengajar, orang tua saat ngobrol dengan anak, leader saat memberikan pengarahan kepada tim atau seorang pembicara saat menyampaikan materi di hadapan audien. Tata hati kita, tata diri kita, tata materi kita serta tatalah delivery kita. Semoga komunikasi kita lebih berdampak. Aamiin.