Dalam sebuah perjalanan dari Jeddah menuju Madinah Al-Munawwarah seorang Ustadz yang menjadi pemandu perjalanan Umrah memberi nasihat kepada jamaah. Salah satu nasihat yang sering diulang-ulang beliau adalah agar memperbanyak menangis saat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Baik ketika dalam keramaian terlebih saat sendirian. Kami, para jamaah Umrah menyimak nasihat tersebut dengan seksama dan tidak sedikit yang justru sudah menangis dalam perjalanan tersebut ketika beliau memaparkan kenapa harus menangis.
Bagi sebagian orang mungkin menangis itu tandanya cengeng. Orang gampang menangis itu sering ditandai sebagai tanda pribadi yang lembek, tidak tegar. Mudah menangis bahkan tidak sedikit yang menyebutnya dengan lebay. Tunggu dulu, menangis itu kebaikan bahkan dianjurkan lho! Bahkan kalau kita tidak bisa menangis kita dianjurkan untuk pura-pura menangis.
Dalam sebuah riwayat Abu Hurairah ra. pernah berpesan, “Wahai manusia, menangislah kalian. Jika tidak bisa menagis pura-puralah menangis. Karena penghuni neraka itu mereka menangis hingga air matanya habis. Lalu mereka menangis dengan mengeluarkan darah, hingga jika ada perahu yang berlayar di atas air mata mereka niscaya perahu itu akan bisa berjalan.”
Tentu bukan sembarang menangis yang dianjurkan, tapi menangis dalam hal-hal kebaikan. Salah satunya menangislah ketika kita Shalat, membaca Alquran, berdoa dan bermunajat. Menangislah juga ketika kita mengingat dosa dan kesalahan. Menangislah ketika kita mengingat dahsyatnya siksa neraka. Menangislah kerena merindukan Surga, dan lain sebagainya.
Rasulullah Saw juga memberi kabar kepada kita, “Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya, maka lalat itu terbang.” [HR. at-Tirmidzi]
Dalam sebuah riwayat lain Rasulullah Saw pernah bersabda, “Andaikata kalian mengetahui apa-apa yang aku ketahui, maka niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Kemudian sahabat menutupi wajah mereka dan menangis tersedu-sedu.” [Mutafaq ‘alaih]
Rasulullah Saw juga pernah bersabda, “Barang siapa mengingat Allah kemudian keluar air matanya karena takut kepada Allah hingga bercucuran jatuh ke tanah, maka dia tidak akan disiksa di Hari Kiamat kelak.” [HR. Hakim]
Rasulullah Saw itu adalah pribadi yang mudah menangis dan paling banyak menangis. Terlebih untuk urusan umatnya. Suatu ketika Rasulullah Saw bersabda kepada Ibnu Mas’ud ra: “Bacakanlah al-Qur’an untukku.” Wahai Rasul! Apakah aku harus membaca al-Qur’an untukmu, sedangkan al-Qur’an itu diturunkan kepadamu? Beliau Saw bersabda, “Aku sangat menyukai mendengarkan al-Qur’an dari orang lain.” Ibnu Mas’ud berkata; Maka aku membacakan al-Qur’an surat an-Nisâ’ untuk Rasul, hingga aku sampai pada ayat: “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” (Qs. an-Nisâ’ [4]: 41). Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Cukup sampai di sini.” Aku menoleh kepada Rasul Saw, ternyata kedua matanya mengucurkan air mata. [Mutafaq ‘alaih]
Rasulullah Saw menyampaikan bahwa menangis itu merupakan tanda kebahagiaan seseorang. “Kebahagiaan bagi orang yang bisa menguasai dirinya, dilapangkan rumahnya, dan dibuat menangis oleh kesalahannya.” [HR. Ath-Thabrani]
Maka sahabat semua menangislah. Tak perlu takut dan ragu. Karena itu kebaikan. Bahkan menangis juga dapat menenangkan hati, menghilangkan stress dan membuat pikiran jadi tenang. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa ternyata pada saat kita menangis, tubuh mengeluarkan hormon endorphin leucine-enkaphalin yaitu sebuah zat yang berfungsi untuk menstabilkan pikiran, mood dan keseimbangan emosi. So, menangis itu baik lho.