Di Jum’at yang penuh berkah ini mari kita renungkan firman Allah Swt berikut:

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (TQS. al-Kahfi [18]: 45-46)

Sungguh Allah sudah memberikan perumpamaan yang begitu indah tentang dunia. Yang terkadang kita menjadi terbuai karenanya. Dunia itu ibarat hujan yang dengannya menyuburkan tanah dan menumbuhkan pepohonan. Dunia itu indah dalam pandangan. Sebuah kenikmatan saat mendapatkannya. Dan tentunya menjadi sebuah kebanggaan ketika bisa mengumpulkannya. Itulah gambaran yang Allah sampaikan tentang kehidupan dunia.

Lalu, Allah Swt mengingatkan kita akan dunia ini. Kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angina. Dunia pun akan terbang meninggalkan kita, atau kita yang meninggalkannya. Ya, saat kematian datang, dunia dengan segenap isinya kita tinggalkan. Tak ada satu pun harta yang kita bawa. Jabatan pun tak sudi menemani. Popularitas tak ada yang bersedia mendampingi. Sendirian kita menjalani pasca kematian. Dunia hanya tinggal kenangan.

Dunia termasuk isinya (harta, istri, suami, anak-anak) adalah perhiasan. Tapi sungguh kita dalam kerugian jika perhiasan itu melalaikan kita dari pahala amal-amal untuk keabadian.

Kita sering sibuk mengejar dunia, tapi tak sebegitu sibuknya kita mencari pahala akhirat. Bisa jadi juga, pikiran kita lebih banyak memikirkan urusan dunia. Tapi untuk urusan akhirat, tidak demikian. Bahkan, dulunya kita sibuk memikirkan bekal akhirat, karena dunia, lalu kita pun terabaikan.

Benarlah apa yang disampaikan oleh Ibu Qayyim al-Jauziy. Beliau berujar, “Dunia ini ibarat bayang-bayang. Jika dikejar, engkau takkan dapat menangkapnya. Palingkanlah badanmu darinya, dan dia tak punya pilihan lain selain mengikutimu.”

Jangan sampai tarikan dunia mengalahkan tarikan akhirat. Janganlah sampai kesibukan mencari dunia melalaikan untuk mengumpulkan bekal akhirat. Jangan pula kita terkalahkan, sibuk dalam berdakwah demi tegaknya aturan Sang Pencipta kalah dengan sibuknya kita mendapatkan tepuk tangan manusia. Sungguh rugi, orang yang meninggalkan perjuangan kenabian karena kesibukan dunia.

Yuk berubah! Dunia bukan juga kita abaikan. Tak apa kita ambil. Tapi jangan sampai melalaikan dari perjuangan.

Simaklah nasihat Utsman bin ‘Affan saat dibaiat menjadi khalifah pengganti Umar bin Khattab ra, “Ambillah pelajaran dari orang-orang yang telah lalu, kemudian bersungguh-sungguhlah. Janganlah bersikap lalai karena kalian tidak akan dilupakan (di akhirat). Di mana gerangan anak-anak dunia dan saudara-saudaranya, yang lebih mementingkan dunia? Mereka telah memakmurkannya dan telah merasakan kenikmatan dunia dalam kurun waktu yang lama. Bukankah dunia telah melemparkan (baca: mencampakkan) mereka? Mereka dilemparkan oleh dunia ke tempat Allah melemparkan dunia. Carilah akhirat, sungguh Allah telah membuat perumpamaan untuk akhirat dengan perumpamaan yang lebih baik.”