Hujan rintik saat melangkahkan kaki ini keluar dari Stasiun Bogor bersama kerumunan penumpang lain menuju tempat parkir yang berada di luar Stasiun. Biasa, kalau berangkat agak siang sudah bisa dipastikan nggak akan kebagian parkir mobil di Stasiun. Penuh.
Karena laper, melihat warung nasi cukup rapi dan bersih, akhirnya saya mampir untuk mengisi kembali tenaga setelah seharian beraktivitas, siang belum makan. Makanya makan juga lahapa sekali. Tenaga sudah kembali, langkah terus berlanjut ke tempat parkir. Saya buka tas bagian depan, ambil kunci lalu masuk mobil. Tas saya simpan di kursi depan sebelah kiri. Saya nyalakan penyejuk udara, sambil saya buka-buka tas. Subhanallah, dompet saya tidak ditemukan. Raib.
Hati saya paksakan untuk tetap tenang. Mungkin tertinggal di gedung tempat saya sharing. Saya hubungi panitia di Jakarta. Masyaa Allah, katanya tidak menemukan. Saya coba cari di tas bagian dalam, tidak ada. Jangan-jangan terjatuh saat shalat di mushala Stasiun. Saya cari no kontak stasiun tersebut, eh nggak ketemu. Hmm… ya udah, pasrah saja. Saya update status di FB dan IG, barangkali ada yang menemukan. Saya blokir ATM via telepon. Alhamdulillah selesai.
Mobil saya putuskan untuk melaju ke sebuah hotel di Bogor Kota untuk meeting lepas Maghrib nanti. Alhamdulillah jam 5 kurang sudah di lokasi. Nunggu client sebentar sambil menuntaskan baca buku Leader 360 derajatnya Maxwell. Meski hati masih penuh harap, semoga saja dompet ada yang menemukan dan bisa kembali. Terbayang bagaimana panjangnya mengurus surat-surat kendaraan yang ada di dompet itu.
Tiba-tiba ada panggilan telepin dari tetangga yang merupakan jamaah saya di Masjid dekat rumah.
“Ustad hilang dompet ya?” tanya dia di seberang telepon. Lho, kok dia tahu ya? Apa dia lihat status FB saya? Ah, perasaan dia jarang aktif di FB. Hati ini bergumam.
“Ini ustadz, dompet ustadz ada di saya. Tadi ada yang mengantar ke rumah,” ujarnya. “Katanya, dia menemukan di mushala Stasiun. Saat diantar ke informasi dan tidak ada yang datang saat diumumkan, pas dibuka dompetnya ada KTP alamatnya di Bogor, dia pikir tidak terlalu jauh dari rumahnya yang di Cilebut. Makanya dia antar ke sini, ustadz.” jelasnya.
Alhamdulillah… ya Allah… Doa saya, doa sahabat saya, doa ustadz saya Engkau kabulkan. Dompet saya kembali. Memang uangnya tidak ada, ada sih cuma 10 real saja. Yang kami khawatirkan adalah surat-surat kendaraannya. Nyatanya, sore itu, Allah kirimkan seorang hamba Allah yang baik hati.
Tetangga saya ternyata mencatat nama dan no hp si pengantar, meski awalnya dia menolak untuk memberi no hp nya. Katanya tidak usah. Tapi ketika dibujuk sama si Ibu, istri jamaah saya, akhirnya si pengantar memberi no hp dan nama. Pagi tadi saya hubungi beliau untuk mengucapkan terima kasih dan mendoakan. Masyaa Allah, saat saya tanya alamat dan kami berniat mengirimkan bingkisan sebagai ucapan terima kasih, dengan halus dia menolak.
“Tidak usah pak. Doakan saja semoga pahalanya mengalir buat ibu saya yang sudah meninggal dunia,” jawabnya.
Ya Allah, ternyata masih ada (saya yakin banyak) orang yang begitu baik. Yang mau membantu saudaranya yang kesulitan. Yang tidak mengambil keuntungan dari kesulitan orang lain. Yang berniat memudahkan. Saat dia menjelaskan kenapa antar jauh-jauh dari Cilebut ke rumah saya, dia membayangkan betapa sulitnya saya mengurus surat-surat kendaraan.
Sahabat, berbaik sangkalah selalu pada Allah. Saat kita kehilangan, yakinlah itu bukan hilang, hanya berpindah tempat, berpindah posisi, berpindah tangan. Zatnya masih ada kok. Meski tak di tangan kita. Karena hakikat pemilik sejati hanyalah Allah Swt. Yakinlah kalau tidak kembali, berarti jadi rizki orang lain dan semoga Allah ganti dengan yang lebih baik. Kalau kembali, alhamdulillah berarti masih rizki kita. Dan yang terpenting, di tengah sulitnya kita berbaik sangka pada manusia, nyatanya masih ada kok orang yang berbaik hati dan memudahkan urusan kita. Mari kita doakan siapa pun dia. Semoga Allah juga mudahkan urusannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)