Hari Senin bagi pada pemburu nafkah di bilangan Jakarta, termasuk juga di daerah lain, menjadi hari yang dibenci. Sampai-sampai, di tahun 2003, sosok Yoris Sebastian, seorang pakar inovasi dan kreatif meluncurkan program “I Like Monday“. Lewat program ini, ia dinobatkan sebagai Young Marketers Award Winner oleh IMA and Markplus di tahun yang sama. Hasilnya, program acara yang dia buat di Hard Rock Café Jakarta setiap Senin itu, berhasil menggaet pengunjung sehingga meski hari Senin tetap ramai. Idenya simple, dia melihat acara di cafe ramai di akhir pekan, sementara di hari senin justru sepi. Karena saat itu muncul istilah “I don’t Like Monday“.
Sebegitunya kita hari ini, sering semangat dan mood bekerja itu timbul tenggelam. Termasuk terpengaruh dengan hari. Lalu mengapa sih hari Senin begitu dibenci dan jadi bulan-bulanan serta disalahkan? Hehehe. Bisa jadi hari Senin banyak dibenci karena:
Pertama, setelah libur di hari Sabtu dan Minggu, orang kembali bekerja di hari Senin. Lalu muncul malas. “Ya, kerja lagi, masuk kantor lagi, macet-macetan lagi deh.” Bisa jadi karena inilah orang lalu begitu tidak bersemangat menghadapi hari Senin. Dalam benak kita pun lalu biasanya muncul pikiran, hari Senin sejak pagi pasti macet.
Sebab yang pertama ini yang seringnya menjadikan kita tak semangat menyambut hari Senin. Karena yang terbayang dalam benak kita, kerja lagi, target lagi, kerja keras lagi, tugas lagi dan setumpuk pekerjaan lain yang menunggu. Padalah sebelumnya (di hari Sabtu dan Minggu) kita rehat dari segala aktivitas. Ya, wajar sih hari Senin jadi kita benci karena kita memposisikan hari Sabtu dan Minggu itu libur aktivitas, libur pekerjaan, libur menciptakan karya. Akhirnya, ketika menyambut hari Senin seakan-akan mau melakukan hal yang baru lagi. Berat.
Menurut saya, ada sebab kedua kenapa hari Senin itu dibenci. Kenapa? Karena Senin posisinya setelah Minggu. Coba kalau hari Senin itu posisinya setelah hari Rabu atau Kamis, kayaknya tidak akan dibenci. Apalagi kalau hari Senin itu tempatnya setelah hari Jum’at, pasti sebaliknya, Senin jadi dinanti. Betul nggak? Hehehehe.
Sahabat, sebenarnya tidak ada yang berbeda dengan hari. Seharusnya untuk menjadi pribadi terbaik dan mulia, kita bisa berprestasi di hari apa saja. Kita bisa berubah di hari apa saja. Kita bisa berkarya di hari apa saja. Dan tentunya kita harus selalu semangat di hari apa saja. Dengannya tidak akan ada di dalam kamus kita membenci salah satu hari, termasuk hari Senin. Karena semua hari kita bersemangat dan bisa membuat prestasi.
Terakhir, jangan benci hari Senin. Karena ia tak pernah bersalah. Salahkanlah diri kita yang menghabiskan hari Sabtu dan Minggunya dengan minim karya, kosong aktivitas. Salahkanlah diri kita yang masih saja beralasan bahwa Senin penuh pekerjaan, karena kita menunda mengerjakannya di pekan sebelumnya. Salahkanlah diri kita, karena memiliki pikiran bahwa Senin itu membosankan. Padahal, semua hari bisa menjadi begitu indah kalau kita benar menjalaninya. ‘
Selamat berhari Senin, semoga kita terus berubah menjadi lebih baik. Senin tak pernah salah. Kesalahan hari Senin hanya satu, karena di posisinya setelah hari Minggu. Hehehe.