Suatu ketika saya pernah mendengar seorang Ustadz bercerita:
Dikisahkan ada seorang anak muda yang sangat ta’at kepada Allah Swt. Suatu ketika ia mendengar di kampung sebelah ada sebuah pohon yang disembah para penduduknya. Menggelegaklah amarahnya. Dalam hatinya ia bergumam, “Kurang ajar mereka. Allah memberi rizki setiap hari, tetapi mereka malah menyembah pohon.” Segera ia mengambil kapak dan bergegas menuju kampung tetangga untuk menebang pohon agar tidak disembah lagi.
Ketika hampir sampai di pohon itu, tiba-tiba langkahnya dihentikan oleh seorang kakek tua.
“Wahai pemuda, mau ke mana engkau?” sergah sang kakek.
“Aku akan menebang pohon yang disembah manusia,” jawab sang pemuda.
“Ah, apa urusanmu. Sudahlah, pulang saja. Toh, engkau tidak akan rugi dengan perbuatan mereka!” lanjut sang kakek.
“Tidak! Hanya Allah yang berhak disembah, bukan pohon itu!” jawab sang pemuda.
“Kalau engkau ingin tetap menebang pohon, hadapi dulu aku!” tantang sang kakek.
Maka berkelahilah mereka. Dan pemuda itu dapat mengalahkan sang kakek tadi dengan mudah.
Dalam keadaan tidak berdaya kakek itu berkata, “Pemuda, kita buat saja kesepatakan. Bagaimana jika hari ini engkau tidak usah menebang pohon itu. Karena aku berjanji setiap hari engkau akan mendapat 2 keping uang emas. Dengan uang itu engkau dapat menafkahi keluarga dan menolong orang miskin. Engkaupun tidak usah kerja keras, cukup beribadah saja.”
Pemuda itu tergiur mendengar tawaran sang kakek. Akhirnya mereka bersepakat dan pemuda itu pun pulang ke rumah.
Benarlah, pada hari pertama ketika bangun tidur pemuda itu mendapati 2 keping uang emas terletak di tempat tidurnya. Hari kedua pun demikian. Tetapi, hari ketiga, tidak ada uang emas.
Dengan marah pemuda itu mengambil kapak dan bergegas menuju desa tetangga bermaksud menebang pohon. Ketika sudah dekat dengan pohon, kakek tadi sudah menghadang.
“Mau apa engkau datang ke sini lagi wahai pemuda?” tanya sang kakek.
“Aku akan menebang pohon ini!” jawab sang pemuda.
“Hadapi aku dulu!” kata sang kakek.
Mereka pun akhirnya berkelahi lagi. Dan anehnya, pemuda itu dapat dikalahkan oleh kakek tersebut dengan mudahnya.
Pemuda itu heran dan bertanya, “Wahai kakek, tiga hari yang lalu aku berhasil mengalahkan engkau dengan mudahnya. Sekarang, mengapa aku bisa kalah?”
“Pemuda, tiga hari yang lalu engkau mau menebang pohon ini karena marah orang menyembah selain Allah. Tapi sekarang engkau akan menebang pohon yang sama karena marah tidak mendapatkan dua keping uang emas,” jawab sang kakek.
“Siapakah engkau ini wahai kakek?” pemuda itu bertanya kembali.
“Aku adalah syaitan!”
=======
Sahabat, kisah di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa pekerjaan bisa jadi sama. Tetapi bila niatnya berbeda pasti hasilnya juga berbeda. Kekuatan niat itu memang dahsyat. Benarlah apa yang pernah disampaikan oleh Rasulullah Saw bahwa amal itu tergantung niatnya. Dan kita akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan niatnya. Maka, agar pekerjaan kita, akivitas kita mendapatkan hasil yang istimewa niatkan semata karena berharap ridha Allah Sang Pencipta Semesta. Semoga bisnis, kerja juga akivitas keseharian kita bisa mengundang kekuatan tanpa hingga karena semua berjalan di atas jalan kebenaran dan karena Allah semata.