Mengembalikan Gairah Kerja

Kita pasti pernah mengalami hilangnya gairah dalam bekerja, berbisnis atau berkarir. Bisa banyak sebabnya. Bisa karena bosan dengan pekerjaan yang itu-itu saja, dari hari ke hari. Bisa jadi juga karena lelah yang dirasakan badan dengan beraktivitas seharian. Bisa jadi juga karena ada masalah dalam pekerjaan. Atau bisa juga karena kurang cocoknya kita dengan lingkungan tempat kita berativitas. Semua itu bisa saja menghilangkan mood (rasa) semangat dalam bekerja.

Indikasi kita terserang bad mood dalam bekerja bisa beraneka ragam. Bisa berbentuk males berangkat kerja di pagi hari. Bisa juga sesampai di kantor malah duduk lesu tak ada semangat. Bisa juga mengakibatkan emosi jiwa yang tak terkendali, jadi sering dan mudah marah. Atau bisa jadi juga berpengaruh pada kinerja yang tak pernah lebih baik. Jika ini dibiarkan bisa berbahaya. Tak hanya pada karir kita, bisnis kita, berbahaya juga untuk masa depan kita.

Yuk kita coba urai bagaimana memunculkan gairah kembali dalam bekerja.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dan renungkan sehingga semangat kerja itu bangkit kembali. Motivasi dalam diri kita untuk memberikan prestasi terbaik hadir kembali. Dan tentunya, dorongan spiritual dalam diri kita akan sangat mudah dan cepat mengembalikan gairah kerja yang sempat hilang.

Pertama, bekerja itu kewajiban. Bagi kita seorang Muslim, ingatlah bahwa bekerja tak hanya mencari nilai uang dalam bentuk gaji atau penghasilan. Kalau dalam bisnis tak sekedar dapat keuntungan. Bekerja bagi seorang Muslim itu adalah ibadah. Apalagi bagi seorang laki-laki yang memiliki tanggungan hidup. Bekerja mencari nafkah adalah bentuk tanggung jawab sebagai seorang suami atau ayah.

Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw pernah bersabda, “Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen).” (HR Muslim No. 995)

Kedua, bekerja itu tambahan kebaikan. Bisa dibayangkan, ketika kita melakukan kebaikan dan ternyata kita diberi tambahan kebaikan tentu itu sebuah keberuntungan. Begitulah perumpamaan orang yang bekerja dan memberikan nafkah pada keluarganya bahkan pada dirinya.

Mari kita simak sabda Rasulullah Saw, “Harta yang dikeluarkan sebagai makanan untukmu dinilai sebagai sedekah untukmu. Begitu pula makanan yang engkau beri pada anakmu, itu pun dinilai sedekah. Begitu juga makanan yang engkau beri pada istrimu, itu pun bernilai sedekah untukmu. Juga makanan yang engkau beri pada pembantumu, itu juga termasuk sedekah.” (HR Ahmad No. 131)

Ketiga, bekerja adalah hal terbaik. Tubuh kita sudah disetting perlu makan dan minum. Jika tidak kita cukupi bisa berbahaya terhadap kehidupan kita. Dan ternyata, makan dan minum dari hasil keringat sendiri, itu jauh lebih baik baik dari pada hasil dari meminta pada pemberian orang lain. Bekerja, berbisnis, meski belum menikah, adalah hal terbaik dalam hidup kita untuk memberikan asukan giji dalam tubuh kita.

Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri), dan sungguh Nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri).” (HR Bukhari No. 1966)

Sekarang, mari kita timbang-timbang, tidakkah kita tergiur dengan janji Allah dan RasuluNya di atas? Tidakkah kita berharap kebaikan dari apa yang kita lakukan? Jika kita masih saja tak semangat, tak bergairah bekerja, tidakkah sabda Rasulullah Saw sudah cukup untuk membangkitkan kembali gairah kerja kita? Yuk berubah, yuk tetap semangat! Semoga kian hari makin banyak prestasi terbaik yang kita ciptakan dalam kehidupan ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × 3 =

Related Posts

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top