Ibarat lampu di rumah, ada kalanya terang, redup bahkan ada juga yang sampai mati. Kalau lampu di rumah sudah mulai redup, itu pertanda sebentar lagi lampu akan segera mati. Tinggal menunggu waktu saja. Dan betul, kalau sudah mati, hilanglah cahaya di ruangan rumah kita.
Ternyata begitu juga dengan hati. Sebagaimana Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa hati itu ada tiga jenis. Pertama, hati yang sehat atau selamat atau disebut juga qalbun salim. Kedua, hati yang sakit. Dan ketiga hati yang mati.
Hati yang sehat itu ibarat lampu yang masih terang memberikan cahaya. Ruangan jati terang dan menyenangkan. Hati juga demikian. Hati yang sehat (qalbun salim) atau hati yang selamat akan memberikan efek dalam perilaku yang baik dan terjaga.
Allah Swt firmankan bahwa orang yang memiliki qalbu yang sehat akan memberikan penjagaan kepada pemiliknya:
“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tiada lagi berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)
Selain hati yang sehat, juga ada hati yang redup bahkan ada juga hati yang mati. Ketika hati sudah mulai redup, itu sangat terlihat dari sikap dan perilaku kita. Karena hati dan perilaku itu berhubungan bahkan saling terkait. Saat hati sedang sakit, pasti sikap dan perilakunya juga sakit. Sebaliknya saat hati sehat, qalbu sehat, perilaku juga pasti “sehat”.
Ibnu Athaillah berpesan, “Diantara tanda matinya hati adalah tidak bersedih atas ketaatan yang terlewat dan tidak menyesal atas dosa yang diperbuat.”
Jadi mudah sekali kita menilai kondisi hati kita. Caranya? Lihat saja lahiriahnya, bagaimana sikap dan keseharian kita. Saat kita tidak bersedih atas ketaatan yang kita lewati, kita tinggalkan ibadah, kita tinggalkan kebaikan, berarti hati kita sedang sakit bahkan mati. Pun saat kita tak ada sedih saat maksiat dilakukan justru malah berbangga, itu pun tanda hati kita sedang sakit atau bahkan mati. Saat hati sudah mulai sakit dan mati tubuh sangat mudah berbuat salah dan dosa. Lisan menjadi sulit terjaga dan kebohongan dan dusta. Langkah menjadi sangat ringan ke tempat maksiat tapi berat ke tempat ibadah.
Berhati-hatilah dan teruslah perhatikan kondisi qalbu kita, jangan sampai sakit atau bahkan mati. Karena hati yang mati, tandanya hidup kita dalam kondisi berbahaya.