Selama tiga hari ini Saya menjadi fasilitator acara Trainer Development Program untuk para trainer AHM (Astra Honda Motor) di salah satu hotel di daerah Jakarta Utara. Hal paling menyenangkan dan membahagiakan dalam diri Saya saat menjadi fasilitator di acara-acaranya @AkademiTrainer yang diasuh oleh pak Jamil Azzaini adalah bisa belajar dari pembicara, peserta training, juga dari para fasilitator.
Salah satunya adalah ilmu dan hikmah yang tadi malam Saya dapatkan dari salah seorang alumni Akademi Trainer yang juga menjadi pembicara di hari ketiga ini, Kang Harry Firmansyah. Sesaat sebelum kami tidur, karena kebetulan kami sekamar, kami sempat berbicang sebentar tentang perjalanan kami masing-masing mentiti karir menjadi trainer. Kapan memulai, seperti apa liku-liku jalannya dan masih banyak lagi. Hal menarik yang Saya catat dan ingat dari perbincangan kami semalam adalah saat beliau menuturkan pesan yang kurang lebih seperti berikut ini:
“Kalau Saya menang, Saya tidak akan seperti ini, Kang Asep. Karena bisa jadi saat seperti itu Saya akan sombong, Kang. Sehingga Saya tidak mau belajar. Justru karena kalah Saya bisa berubah!”
Jlebb. Saya langsung tertegun saat mendengar kata-kata beliau. Mulut seakan terkunci rapat tak mampu berkomentar. Seperti dalam kalutnya hati, tiba-tiba ada tamparan keras di wajah Saya. Plak! Dalam hati Saya termenung, Ya Rabbi, jangan-jangan hal yang sering membuat Saya sulit berkembang itu bukan karena Saya kalah. Justru bisa jadi karena menanglah yang mengakibatkan Saya enggan belajar, mengasah diri yang akhirnya tak bisa berubah.
Pikiran Saya langsung melayang mengingat jenak-jenak perjalanan hidup Saya. Mulai dari saat-saat berkarir dan berbisnis di tahun 2005. Hingga kondisi hidup Saya hari ini. Ah, Saya bukan siapa-siapa dan Saya belum melakukan apa-apa. Ilmu tak bertambah, prestasi pun tetap jalan di tempat. Saya lemah untuk belajar. Kalau pun belajar tak seperti yang lainnya. Saya biasa-biasa saja dalam mengasah kemampuan. Kesemuanya bisa jadi karena Saya merasa sudah menang. Karena mungkin selama ini ada rentetan “kemenangan-kemenangan” semu yang terjadi dalam diri Saya.
Terkadang kita sering terbuai oleh kemenangan. Saat kita menang seakan kita sudah menjadi segalanya. Padahal menjadi juara, menang, itu sebuah ujian. Tapi, ketika kita kalah kita sering menyerah. Toh, kita kalah. Padahal bisa jadi justru kekalahan itu adalah sebuah skenario yang Allah desain untuk kemajuan dan perubahan hidup kita.
Sambil menulis tulisan ini, saya buka-buka kitab Alhikam. Saya menemukan sebuah pesan Ibnu Athaillah dalam kitabnya ini:
“Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, maka perhatikanlah di mana Dia menempatkanmu.”
Ya, kemenangan bukan berarti pemuliaan. Suksesnya kita hari ini bisa jadi bukan pemuliaan. Karena kemenangan kalau tidak benar disikapi bisa menjerumuskan. Pun demikian dengan kekalahan, bukan berarti penghinaan. Kalau disikapi dengan baik, bisa jadi itu perbaikan yang Allah sedang titipkan.
Ya Allah, Engkau Maha Mencinta. Malam tadi begitu indah hamba nikmati. Terima kasih Kang Harry atas nasihat dan pengingatnya. Akan selalu diingat dan tersimpan. Ya, bukan karena menang lalu kita berubah. Justru bisa jadi karena kalah kita jadi berubah! Maka, berhati-hatilah.
Let’s change, #YukBerubah!
Asep Supriatna
MasyaAllah…
Terimakasih, Kang, pengingatnya..
Kekalahan, kegagalan, galau, bangkrut, sakit, menderita, kesedihan, semuanya bisa menjadi batu loncatan yang luar biasa. Justru bukan karena keberhasilan, kemenangan, pujian, harta melimpah, kesenangan, semuanya bisa dicapai dan berubah lebih baik.
Segala Puji bagi Allah Yang Mahaagung.
Di penghujung tahun ini, tepatnya beberapa hari terakhir ini, saya menyadari akan kekuasaan-Nya dalam menyambut taubat hamba-Nya.. Kesempatan yang diberikannya lagi untuk memperbaiki hidup hamba-Nya.. Sesuatu yang sangat buruk di mata manusia yang secara bersamaan Allah tunjukkan letak kebaikannya.
Maha Benar Allah yang telah berpesan dalam surah Al-Baqarah ayat 216.
Terimakasih sekali lagi, Kang.
Artikel ini telah melengkapi perenungan panjang saya selama beberapa hari terakhir di 2015 ini.
Semoga saya menjadi berubah lebih baik dan lebih pantas di hadapan-Nya. Semoga kita semua, kaum muslimin yang mulia dengan gelar keislamannya semakin bangga dengan dinn yang berat dipikul ini.